Breaking

Senin, 29 Oktober 2018

BOSPIANO | Anak Majikan Ditipu Nikmat Oleh Pembantu Semok

Agen Poker Online - Mba Ratna adalah wanita yang menarik. Usianya tidak terlalu tua, sekitar 32 tahunan. Penampilannya tidak seperti perempuan desa. Ia pandai merawat tubuhnya sehingga nampak masih sintal dan menggairahkan. Bahkan Tuan Antoni sangat tergila-gila melihat kedua payudaranya yang montok dan kenyal. Kulitnya agak gelap namun terawat bersih dan halus. Soal wajah meski tidak tergolong cantik namun memiliki daya tarik tersendiri. Sensual! Begitu kata Tuan Antoni saat pertama kali mereka bercinta di belakang dapur suatu ketika.
Dalam usianya yang tidak tergolong muda ini, Mba Ratna – janda yang sudah lama ditinggal suami – masih memiliki gairah yang tinggi karena ternyata selain berselingkuh dengan majikannya, ia pernah bercinta pula dengan Kang Ujang, Satpam penjaga rumah

Perselingkuhannya dengan Kang Ujang berawal ketika ia lama ditinggalkan oleh Tuan Antoni yang sedang pergi ke luar negeri selama sebulan penuh. Selama itu pula Mba Ratna merasa kesepian, tak ada lelaki yang mengisi kekosongannya. Apalagi di saat itu udara malam terasa begitu menusuk tulang. Tak tahan oleh gairahnya yang meletup-letup, ia nekat menggoda Satpam itu untuk diajak ke atas ranjangnya di kamar belakang.

Malam itu, Mba Ratna kembali tak bisa tidur. Ia gelisah tak menentu. Bergulingan di atas ranjang. Tubuhnya menggigil saking tak tahannya menahan gelora gairah seksnya yang menggebu-gebu.

Malam ini ia tak mungkin menantikan kehadiran Tuan Antoni dalam pelukannya karena istrinya ada di rumah. Perasaannya semakin gundah kala membayangkan saat itu Tuan Antoni tengah menggauli istrinya. Ia bayangkan istrinya itu pasti akan tersengal-sengal menghadapi gempuran Tuan Antoni yang memiliki ’senjata’ dahsyat. Bayangan batang Penniis Tuan Antoni yang besar dan panjang itu serta keperkasaannya semakin membuat Mba Ratna nelangsa menahan nafsu syahwatnya sendiri. Sebenarnya terpikir untuk memanggil Kang Ujang untuk menggantikannya namun ia tak berani selama majikannya ada di rumah.
Kalau ketahuan hancur sudah akibatnya nasib mereka nantinya. Akhirnya Mba Ratna hanya bisa mengeluh sendiri di ranjang sampai tak terasa gairahnya terbawa tidur.
Dalam mimpinya Mba Ratna merasakan gerayangan lembut ke sekujur tubuhnya. Ia menggeliat penuh kenikmatan atas sentuhan jemari kekar milik Tuan Antoni. Menggerayang melucuti kancing baju tidurnya hingga terbuka lebar, mempertontonkan kedua buah dadanya yang mengkal padat berisi. Tanpa sadar Mba Ratna mengigau sambil membusungkan dadanya.
“Remas.. uugghh.. isep putingnya.. aduuhh enaknya..”

Kedua tangan Mba Ratna memegang kepala itu dan membenamkannya ke dadanya. Tubuhnya menggeliat mengikuti jilatan di kedua putingnya. Mba Ratna terengah-engah saking menikmati sedotan dan remasan di kedua payudaranya, sampai-sampai ia terbangun dari mimpinya.

Perlahan ia membuka kedua matanya sambil merasakan mimpinya masih terasa meski sudah terbangun. Setelah matanya terbuka, ia baru sadar bahwa ternyata ia tidak sedang mimpi. Ia menengok ke bawah dan ternyata ada seseorang tengah menggumuli bukit kembarnya dengan penuh nafsu. Ia mengira Tuan Antoni yang sedang mencumbuinya.

Dalam hati ia bersorak kegirangan sekaligus heran atas keberanian majikannya ini meski sang istri ada di rumah. Apa tidak takut ketahuan. Tiba-tiba ia sendiri yang merasa ketakutan. Bagaimana kalau istrinya datang?

Mba Ratna langsung bangkit dan mendorong tubuh yang menindihnya dan hendak mengingatkan Tuan Antoni akan situasi yang tidak memungkinkan ini. Namun belum sempat ucapan keluar, ia melihat ternyata orang itu bukan Tuan Antoni?! Yang lebih mengejutkannya lagi ternyata orang itu tidak lain adalah Juan, putra tunggal majikannya yang masih berumur 15 tahunan!?

“Mas Juan?!” pekiknya sambil menahan suaranya.
“Mas ngapain di kamar Bibi?” tanyanya lagi kebingungan melihat wajah Juan yang merah padam.
Mungkin karena birahi bercampur malu ketahuan kelakuan nakalnya.
“Bi.. ngghh.. anu.. ma-maafin Juan..” katanya dengan suara memelas.

Kepalanya tertunduk tak berani menatap wajah Mba Ratna.
“Tapi.. barusan nga.. ngapain?” tanyanya lagi karena tak pernah menyangka anak majikannya berani berbuat seperti itu padanya.
“Juan.. ngghh.. tadinya mau minta tolong Bibi bikinin minuman..” katanya menjelaskan.
“Tapi waktu liat Bibi lagi tidur sambil menggeliat-geliat. . ngghh.. Juan nggak tahan..” katanya kemudian.

“Oohh.. Mas Juan.. itu nggak boleh. Nanti kalau ketahuan Papa Mama gimana?” Tanya Mba Ratna.
“Juan tahu itu salah.. tapi.. ngghh..” jawab Juan ragu-ragu.
“Tapi kenapa?” Tanya Mba Ratna penasaran
“Juan pengen kayak Kang Ujang..” jawabnya kemudian.

Kepala Mba Ratna bagaikan disamber geledek mendengar ucapan Juan. Berarti dia tahu perbuatannya dengan Satpam itu, kata hatinya panik. Wah bagaimana ini?

“Kenapa Mas Juan pengen itu?” tanyanya kemudian dengan lembut.
“Juan sering ngebayangin Bibi.. juga.. ngghh.. anu..”
“Anu apa?” desak Mba Ratna makin penasaran.
“Juan suka ngintip.. Bibi lagi mandi,” akunya sambil melirik ke arah pakaian tidur Mba Ratna yang sudah terbuka lebar.

Juan melenguh panjang menyaksikan bukit kembar montok yang menggantung tegak di dada pengasuhnya itu. Mba Ratna dengan refleks merapikan bajunya untuk menutupi dadanya yang telanjang. Kurang ajar mata anak bau kencur ini, gerutu Mba Ratna dalam hati. Nggak jauh beda dengan Bapaknya.

“Boleh khan Bi?” kata Juan kemudian.
“Boleh apa?” sentak Mba Ratna mulai sewot.
“Boleh itu.. ngghh.. anu.. kayak tadi..” pinta Juan tanpa rasa bersalah seraya mendekati kembali Mba Ratna.
“Mas Juan jangan kurang ajar begitu sama perempuan.., ” katanya seraya mundur menjauhi anak itu. “Nggak boleh!”

“Kok Kang Ujang boleh? Nanti Juan bilangin lho..” kata Juan mengancam.
“Eh jangan! Nggak boleh bilang ke siapa-siapa. .” kata Mba Ratna panik.
“Kalau gitu boleh dong Juan?”
Kurang ajar bener anak ini, berani-beraninya mengancam, makinya dalam hati. Tapi bagaimana kalau ia bilang-bilang sama orang lain. Oh Jangan. Jangan sampai! Mba Ratna berpikir keras bagaimana caranya agar anak ini dapat dikuasai agar tak cerita kepada yang lain. Mba Ratna lalu tersenyum kepada Juan seraya meraih tangannya.

“Mas Juan mau pegang ini?” katanya kemudian sambil menaruh tangan Juan ke atas buah dadanya.

“Iya.. ii-iiya..,” katanya sambil menyeringai gembira.
Juan meremas kedua bukit kembar milik Mba Ratna dengan bebas dan sepuas-puasnya. “Gimana Mas.. enak nggak?” Tanya Mba Ratna sambil melirik wajah anak itu.

“Tampan juga anak ini, walau masih ingusan tapi ia tetap seorang lelaki juga”, pikir Mba Ratna.
Bukankah tadi ia merindukan kehadiran seorang lelaki untuk memuaskan rasa dahaga yang demikian menggelegak? Mungkin saja anak ini tidak sesuai dengan apa yang diharapkan, tetapi dari pada tidak sama sekali?

Setelah berpikiran seperti itu, Mba Ratna menjadi penasaran. Ingin tahu bagaimana rasanya bercinta dengan anak di bawah umur. Tentunya masih polos, lugu dan perlu diajarkan. Mengingat ini hal Mba Ratna jadi terangsang. Keinginannya untuk bercinta semakin menggebu-gebu. Kalau saja lelaki ini adalah Tuan Antoni, tentunya sudah ia terkam sejak tadi dan menggumuli batang Penniisnya untuk memuaskan nafsunya yang sudah ke ubun-ubun. Tapi tunggu dulu. Ia masih anak-anak. Jangan sampai ia kaget dan malah akan membuatnya ketakutan.

Lalu ia biarkan Juan meremas-remas buah dadanya sesuka hati. Dadanya sengaja dibusungkan agar anak ini dapat melihat dengan jelas keindahan buah dadanya yang paling dibanggakan. Juan mencoba memilin-milin putingnya sambil melirik ke wajah Mba Ratna yang nampak meringis seperti menahan sesuatu.

“Sakit Bi?” tanyanya.
“Nggak Mas. Terus aja. Jangan berhenti. Ya begitu.. terus sambil diremas.. uugghh..”
Juan mengikuti semua perintah Mba Ratna. Ia menikmati sekali remasannya. Begitu kenyal, montok dan oohh asyik sekali! Pikir Juan dalam hati. Entah kenapa tiba-tiba ia ingin mencium buah dada itu dan mengemot putingnya seperti ketika ia masih bayi.

Mba Ratna terperanjat akan perubahan ini sekaligus senang karena meski sedotan itu tidak semahir lelaki dewasa tapi cukup membuatnya terangsang hebat. Apalagi tangan Juan satunya lagi sudah mulai berani mengelus-elus pahanya dan merambat naik di balik baju tidurnya. Perasaan Mba Ratna seraya melayang dengan cumbuan ini. Ia sudah tak sabar menunggu gerayangan tangan Juan di balik roknya segera sampai ke pangkal pahanya. Tapi nampaknya tidak sampai-sampai. Akhirnya Mba Ratna mendorong tangan itu menyusup lebih dalam dan langsung menyentuh daerah paling sensitive. Mba Ratna memang tak pernah memakai pakaian dalam kalau sedang tidur. “Tidak bebas”, katanya.
Juan terperanjat begitu jemarinya menyentuh daerah yang terasa begitu hangat dan lembab. Hampir saja ia menarik lagi tangannya kalau tidak ditahan oleh Mba Ratna.

“Nggak apa-apa.. pegang aja.. pelan-pelan. . ya.. terus.. begitu.. ya.. teruusshh.. uggh Mas enaak!”
Juan semangat mendengar erangan Mba Ratna yang begitu merangsang. Sambil terus mengemot puting susunya, jemarinya mulai berani mempermainkan bibir kemaluan Mba Ratna. Terasa hangat dan sedikit basah. Dicoba-cobanya menusuk celah di antara bibir itu. Terdengar Mba Ratna melenguh. Juan meneruskan tusukannya. Cairan yang mulai rembes di daerah itu membuat jari Juan mudah melesak ke dalam dan terus semakin dalam.

“Akhh.. Mas masukin terusshh.. ya begitu. Oohh Mas Juan pinter!” desah Mba Ratna mulai meracau ucapannya saking hebatnya rangsangan ke sekujur tubuhnya.
Sambil terus menyuruh Juan berbuat ini dan itu. Tangan Mba Ratna mulai menggerayang ke tubuh Juan. Pertama-tama ia lucuti pakaian atasnya kemudian melepaskan ikat pinggangnnya dan langsung merogoh ke balik celana dalam anak itu.

“Mmmpphh..”, desah Mba Ratna begitu merasakan batang Penniis anak itu sudah keras seperti baja.
Ia melirik ke bawah dan melihat batang Juan mengacung tegang sekali. Boleh juga anak ini. Meski tidak sebesar bapaknya, tapi cukup besar untuk ukuran anak seumurnya. Tangan Mba Ratna mengocok perlahan batang itu. Juan melenguh keenakan.
“Oouhhgghh.. Bii.. uueeanaakkhh! ” pekik Juan perlahan.

Mba Ratna tersenyum senang melihatnya. Anak ini semakin menggemaskan saja. Kepolosan dan keluguannya membuat Mba Ratna semakin terangsang dan tak tahan menghadapi emotan bibirnya di puting susunya dan gerakan jemarinya di dalam liang vagiinnanya. Rasanya ia tak kuat menahan desakan hebat dari dalam dirinya. Tubuhnya bergetar.. lalu.., Mba Ratna merasakan semburan hangat dari dalam dirinya berkali-kali. Ia sudah orgasme. Heran juga. Tak seperti biasanya ia secepat itu mencapai puncak kenikmatan. Entah kenapa. Mungkin karena dari tadi ia sudah terlanjur bernafsu ditambah pengalaman baru dengan anak di bawah umur, telah membuatnya cepat orgasme.
Juan terperangah menyaksikan ekspresi wajah Mba Ratna yang nampak begitu menikmatinya. Guncangan tubuhnya membuat Juan menghentikan gerakannya. Ia terpesona melihatnya. Ia takut malah membuat Mba Ratna kesakitan.

“Bi? Bibi kenapa? Nggak apa-apa khan?” tanyanya demikian polos.
“Nggak sayang.. Bibi justru sedang menikmati perbuatan Mas Juan,” demikian kata Mba Ratna seraya menciumi wajah tampan anak itu.

Dengan penuh nafsu, bibir Juan dikulum, dijilati sementara kedua tangannya menggerayang ke sekujur tubuh anak muda ini. Juan senang melihat kegarangan Mba Ratna. Ia balas menyerang dengan meremas-remas kedua payudara pengasuhnya ini, lalu mempermainkan putingnya.
“Aduh Mas.. enak sekali. Mas Juan pinter.. uugghh!” erang Mba Ratna kenikmatan.

Mba Ratna benar-benar menyukai anak ini. Ia ingin memberikan yang terbaik buat majikan mudanya ini. Ingin memberikan kenikmatan yang tak akan pernah ia lupakan. Ia yakin Juan masih perjaka tulen. Mba Ratna semakin terangsang membayangkan nikmatnya semburan cairan mani perjaka. Lalu ia mendorong tubuh Juan hingga telentang lurus di ranjang dan mulai menciuminya dari atas hingga bawah. Lidahnya menyapu-nyapu di sekitar kemaluan Juan. Melumat batang yang sudah tegak bagai besi tiang pancang dan megulumnya dengan penuh nafsu.

Tubuh Juan berguncang keras merasakan nikmatnya cumbuan yang begitu lihai. Apalagi saat lidah Mba Ratna mempermainkan biji pelernya, kemudian melata-lata ke sekujur batang kemaluannya. Juan merasakan bagian bawah perutnya berkedut-kedut akibat jilatan itu. Bahkan saking enaknya, Juan merasa tak sanggup lagi menahan desakan yang akan menyembur dari ujung moncong kemaluannya. Mba Ratna rupanya merasakan hal itu. Ia tak menginginkannya. Dengan cepat ia melepaskan kulumannya dan langsung memencet pangkal batang kemaluan Juan sehingga tidak langsung menyembur.
“Akh Bi.. kenapa?” Tanya Juan bingung karena barusan ia merasakan air maninya akan muncrat tapi tiba-tiba tidak jadi.

“Nggak apa-apa. Tenang saja, Mas. Biar tambah enak,” jawabnya seraya naik ke atas tubuh Juan.
Dengan posisi jongkok dan kedua kaki mengangkang, Mba Ratna mengarahkan batang Penniis Juan persis ke arah liang vagiinnanya. Perlahan-lahan tubuh Mba Ratna turun sambil memegang Penniis Juan yang sudah mulai masuk.

“Uugghh.. enak nggak Mas?”
“Aduuhh.. Mba Ratna.. sedaapphh..! ” pekiknya.

Juan merasakan batang Penniisnya seperti disedot liang vagiinna Mba Ratna. Terasa sekali kedutan-kedutannya. Ia lalu menggerakan pantatnya naik turun. Konotlnya bergerak ceapt keluar masuk liang nikmat itu. Mba Ratna tak mau kalah. Pantatnya bergoyang ke kanan-kiri mengimbangi tusukan Penniis Juan.

“Auugghh Deenn..uueennaakk! ” jerit Mba Ratna seperti kesetanan.
“Terus Mas, jangan berhenti. Ya tusuk ke situ.. auughgg.. aakkhh..”
Juan mempercepat gerakannya karena mulai merasakan air maninya akan muncrat.
“Bi.. saya mau keluaarr..” Jeritnya.
“Iya Mas.. ayo.. keluarin aja. Bibi juga mau keluar.. ya terusshh.. oohh teruss..” katanya tersengal-sengal.

Juan mencoba bertahan sekuat tenaga dan terus menggenjot liang vagiinna Mba Ratna dengan tusukan bertubi-tubi sampai akhirnya kewalahan menghadapi goyangan pinggul wanita berpengalaman ini. Badannya sampai terangkat ke atas dan sambil memeluk tubuh Mba Ratna erat-erat, Juan menyemburkan cairan kentalnya berkali-kali.

“Crot.. croott.. crott!”
“Aaakkhh..” Mba Ratna juga mengalami orgasme.
Sekujur tubuhnya bergetar hebat dalam pelukan erat Juan.
“Ooohh.. Deenn.. hebat sekali..”

Kedua insan yang tengah lupa daratan ini bergulingan di atas ranjang merasakan sisa-sisa akhir dari kenikmatan ini. Nafas mereka tersengal-sengal. Peluh membasahi seluruh tubuh mereka meski udara malam di luar cukup dingin. Nampak senyum Mba Ratna mengembang di bibirnya. Penuh dengan kepuasan. Ia melirik genit kepada Juan.
“Gimana Mas. Enak khan?”

“Iya Bi, enak sekali,” jawab Juan seraya memeluk Mba Ratna.
Tangannya mencolek nakal ke buah dada Mba Ratna yang menggelantung persis di depan mukanya.
“Ih Aden nakal,” katanya semakin genit.
Tangan Mba Ratna kembali merayap ke arah batang Penniis Juan yang sudah lemas. Mengelus-elus perlahan hingga batang itu mulai memperlihatkan kembali kehidupannya.
“Bibi isep lagi ya Mas?”

Juan hanya bisa mengangguk dan kembali merasakan hangatnya mulut Mba Ratna ketika mengulum Penniisnya. Mereka kembali bercumbu tanpa mengenal waktu dan baru berhenti ketika terdengar kokok ayam bersahutan. Juan meninggalkan kamar Mba Ratna dengan tubuh lunglai. Habis sudah tenaganya karena bercinta semalaman. Tapi nampak wajahnya berseri-seri karena malam itu ia sudah merasakan pengalaman yang luar biasa.

Tidak ada komentar: